Wednesday, May 7, 2008

manusia morelia vilidis


Namanya Guslan, temennya Ocha yang ternyata juga temennya Bronto di Jiwa Foto. Dia adalah fotografer jurnalis, wartawan untuk kotak politik pemerintahan. Aku diperkenalkan padanya di Pena Mart, coffeshop-nya Graha Pena saat janjian ketemu Ocha sambil menunggu Atiek selesai bekerja. Aku sudah mersa ada yang aneh pada dirinya, aneh dalam artian positif ya.. Melucu dengan mimik yang agak berlebihan. Saat aku sedang mencari-cari keanehannya, tiba-tiba dari kantongnya keluarlah sesuatu seperti tali berwarna kuning.
"Apaan tuh?", tanyaku.
Dia mengeluarkan benda kuning itu, dan ternyata... U L A R...
Seekor ular kecil berwarna kuning indah.
"Pegang aja, nggak usah takut, ntar kalu digigit aku traktir deh."
Janji yang sangat menenangkan.
Aku memegangnya, sebentar, lucu sekali sebenarnya, tapi aku sangat tergoda membuat simpul ikatan menggunakan badannya, jadi segera aku kembalikan, sebelum ular itu benar-benar berubah menjadi simpul pita.
"Itu keluarga Phyton pohon, jenisnya Morelia Vilidis, makanannya tikus kecil."
Dan Guslan pun terus bercerita dengan sangat semangat tentang jenis-jenis ular. Sangat menarik. Guslan selalu membawa ular itu dalam kantong kemejanya ke mana pun dia pergi.
hmm.. aku jadi membayangkan, gimana reaksinya ya kalo aku bilang, aku makan ular.. :p

10 comments:

bulb-mode said...

Dan semalam aku bermimpi menyaksikan seekor kucing menghabiskan seekor tikus kecil bewarna abu-abu bersih. Close-up!

What a dream!

Anonymous said...

pada banyak hal aku suka tulisan ini.
so...
hanya bisa dengan traktiran, untuk ikut tahu kenapa bacaan ini menyihir..... [isk]

dhiraestria dyah said...

bulb-mode:
yeuuuh..
berdarah-darah nggak?

[isk]
ourghhhhhhh...aku merasa dituntun masuk dalam sebuah jebakan..

Anonymous said...

Mungkin saat itu ada baiknya kamu segera meremas ular kecil bewarna kuning itu, dan membauinya, agar semua tahu kamu juga mempunyai ketertarikan khusus pada ular...

*skali-kali pake nama lain... ;p

dhiraestria dyah said...

indie:
sebenarnya sih aku lebih tertarik dengan bumbu bacem yang sedikit pedas.. nyam...

Anonymous said...

aduh... kalo lg merasa dituntun masuk dalam sebuah jebakan, terus siapa yg telah menyungkupkan sihir dan mengurungku tanpa pintu-pintu?
[isk]

dhiraestria dyah said...

[isk]:
hah..! siapa..? siapa..?
ular kuning cantik itu kah..?

Anonymous said...

Sepertinya bukan ular itu. Meski kuning. Meski cantik.

Sebab aku mendengar ricik kata --yang seperti mantra mendiami telinga-- dari peri yang suka melukis dengan cahaya. Atau … ah jangan-jangan sihir itu makin menguasai otakku. Aku terus mendengar kata-katanya yang bergema dalam kepalaku dan lukisan cahayanya memasung mataku. Tak bisa berpaling.

PS:
Dibutuhkan peri yang bisa membawa kembali pada kenyataan. bukan godaan. bukan janji. Bukan harapan. Dan juga bukan ular kuning. Meski cantik. [iihhh udah minta, banyak maunya. capek degh.]

Ya tuhan kirimkan padaku, peri capek…. [loh?]
-isk-

dhiraestria dyah said...

-isk-
oooh.. aku menyerah, Bapak Penulis.. ;)
kata-kataku menguap terkena serangan balasan kalimat-kalimat sihir itu..

PS. semoga peri capek yang membawa kenyataan itu cepat dikirim.. hehe..:p

Koelit Ketjil said...

ooo ternyata kamu pemakan segala...
gak jauh beda dengan qiting dong
prinsip dia kan
" segala mahluk yang terbang diangkasa berarti halal utk dimakan kecuali kapal terbang, itupun karena keras!
segala mahluk yang berenang diair berarti halal utk dimakan kecuali kapal selam, itupun karena keras!
segala mahluk yang berjalan didarat berarti halal utk dimakan kecuali tank, itupun karena keras!"