Wednesday, February 6, 2008

teater oh teater





Akhir-akhir ini aku sering nonton teater. Sebenarnya sih aku tidak terlalu paham tentang teater, tetapi tapi menikmati suasana pertunjukan teater adalah hal yang lain, mengasyikan menurutku. Apalagi akhir-akhir ini banyak pertunjukan teater yang menggunakan multimedia sebagai bagian dari pertunjukannya. Menarik.. dan pastinya tidak membosankan.
Seperti pada malam itu, temanku mengajak untuk menonton sebuah pertujukan teater, sebuah pentas perdana dari anggota baru suatu kelompok teater. aku sangat bersemangat pergi ke pertunjukan itu. Lumayan, hiburan pulang kerja..
Pertunjukan itu bercerita tentang kehidupan di sebuah kampung miskin dan permasalahan yang terjadi pada penghuninya. Mulai dari masalah rumah tangga sampai pada munculnya issue penggusuran.
Beberapa menit pertama, pertunjukan itu cukup menarik, dibuka dengan musik gamelan yang diletakkan dengan posisi yang lebih tinggi dari pemain teater, settingan yang tidak biasa. kemudian beberapa konflik rumah tangga yang terjadi di kampung tersebut. Sampai pada pertengahan pertunjukan ketika ceritanya sudah mulai mengerucut, pertunjukan itu menjadi sangat lambat dan berat, menurutku (dan juga menurut beberapa teman yang aku tanyai).
Entah kenapa pertunjukan itu sangat menyiksaku. menurut istilah temanku, "seperti ketika kita dicurhatin masalah orang sekampung dan kita tidak dapat berbuat apa-apa."
Tapi yang pasti membuatku sangat lelah melihat pertunjukan ini adalah adanya tokoh seorang ibu tua, dengan suaranya yang diserak-serakkan selalu berteriak-teriak dan mengeluh. Si Ibu tua ini selalu berada di atas panggung, mungkin karena dia tokoh utamanya ya..(aku bahkan nggak tau pasti mana tokoh utamanya..), dan seringkali duduk membelakangi penonton.
Mungkin memang aku perlu belajar lebih banyak tentang teater agar bisa menikmati setiap pertunjukan teater, yah.. kalopun tetap tidak bisa menikmati paling tidak aku bisa mengkritisi dengan landasan teori..
Pelajaran yang aku dapat dari menonton teater ini adalah, kalo nonton teater jangan lupa bawa kamera, jadi kalo bosan dengan ceritanya bisa motret-motret.. hehe..

5 comments:

Anonymous said...

beruntunglah, aku tidak tinggal satu kampung, satu RT, dengan ibu yang teriak-teriak itu. betapa tak nyamannya secangkir coklat panas dengan gerutu dan sumpah-serapah kehidupannya. orang-orang melarat memang lebih sering menjengkelkan.

dhiraestria dyah said...

anonymous:
pernah kepikiran nggak, jangan-jangan ibu yang suka teriak-teriak, menggerutu tentang kehidupan dan membuat secangkir hot chocolate menjadi tidak nikmat adalah diri kita sendiri?

bulb-mode said...

HAHAHAHAHAHAHAHA!!!

anonymous:

Kalau mereka orang kaya, pasti diem-diem aja, tinggal bayar sini-situ. Nyogok, pengacara sampai tukang pukul atau pembunuh bayaran. :p

Trussss, dia bisa santai menikmati secangkir coklat panas yang diseduh langsung dari coklat terbaik asal Sumatera. Tetep cinta produk lokal, bo'...

Anonymous said...

hemmm...,
itulah teater, dan juga pada teks yang lain; seserpih kita [aku?] kadang ada di sana...

Anonymous said...

kalau menonton teater hany sekali dan dapatnya pertunjukan yang busk maka penonton akan mermbuat stigma bahwa teater itu jelek, padahal tidak semua pertunjukan teater jelek hanya saja mbak pas ,Melihat pertunjukan yang jelek.Kita akan pentas bulan maret dengan judul "perempuan dalam kemelut". persoalan tentang anda dan kawan - kawan anda dalm kehidupan sehari - hari yang mungkin saudari akan tambah mengerti tentang perempauan dalam konteks kekinian.Besok datang ya akan saya tunggu komentarnya.Saudarikan dijogja kota dijogja jadi datang ya besok.