Tuesday, December 18, 2007

dear my beloved best friend


it puts me on an awkward situation,
sometimes,
don't know what to say,
don't know what to do,
one thing i want you to know is,
i'll always be at your side,
whether you need me or not...

where will i end up?


Terjadi suatu kegundahan komunal di kantorku. program yang hampir berakhir membuat semua orang gelisah. pertanyaannya adalah mau apa, di mana. pertanyaan yang paling mengganggu bagi para staff permanen sepertiku adalah, setelah ini akan ditempatkan di mana? yang terbayang adalah kemungkinan terburuk dari tetap bertahan di lembaga ini, yaitu di lemparkan ke area Nusa Tenggara Timur, ke tempat-tempat yang namanya pun belum pernah kudengar sebelum bekerja di lembaga ini, seperti Lembata, Sika, Soe (aku bahkan mengira Lembata itu ada di Sulawesi).
di antara kegundahan itu ada perbincangan menarik yang membuatku sangat tertarik (hmmm.. tentu saja ketertarikanku ini dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi)
"kefa itu indah sekali lho, dekat dengan atambua. banyak dive spot di sana. kamu pasti suka." kata temanku.
"iya, lu tuh masih muda banget. mumpung masih sendiri jalanin aja. ke depannya bakal bagus tuh buat karir lu." kata temanku yang lain.
"bener, mumpung masih sendiri. sekalian jalan-jalan. beli tiketnya jangan yang langsung. mampir-mampir aja dulu ke mataram, sumbawa, komodo, manggarai. nah kalo ntar kalo liburan maen aja ke Timor Leste, kan deket tuh." kata temanku yang lain lagi.
darn..! semangat petualanganku terusik. mualailah aku membuat rute perjalanan menyeberangi 3 selat, melewati 13 kabupaten, menelusuri Flores dan Timor, yang kemudian berakhir entah di Soe, Kefa, Sikka atau Lembata. Mungkin bekerja di tempat-tempat itu bisa jadi menyenangkan. berakhir pekan di pantai, sesekali ke Atambua atau Timor Leste (week end di luar negeri lho judulnya..), diving 2 minggu sekali, mengenal tradisi masyarakat setempat, hunting foto setiap hari. tapi tidak semuanya seindah itu, ada pekerjaan yang harus dilaksanakan, menjalankan program dengan sumber daya yang sangat terbatas, tinggal bersama babi, susah mencari makan, biaya hidup yang tinggi, medan wilayah kerja yang sulit, akses informasi yang terbatas dan sulit didapat (harian KOMPAS dateng dua hari setelah tanggal terbit, internet sangat tidak bebas dab terbatas), perbedaan budaya yang harus dihadapi, dan pasti masih banyak hal lagi yang bahkan belum terpikirkan olehku..
well, let see where will i end up..

Tuesday, December 11, 2007

pasar malam


aku selalu suka suasana itu,hingar bingar yang sangat merakyat, lampu-lampu yang berkedip-kedip dan berwarna-warni,begitu semarak, sedikit dapat mengobati kerinduanku pada bintang jatuh.
sewaktu aku kecil, pasar malam adalah sebuah ritual tahunan yang sangat menyenangkan. seingatku, menyenangkan buat semua orang, bukan hanya aku. bahkan di komplek tempatku tinggal, para pembantu rumah tangga selalu secara berombongan menyewa mobil untuk pergi ke pasar malam setiap tahunnya. aku juga, orangtuaku selalu mengajakku ke pasar malam yang berada di pusat kota. dalam setiap kunjunganku ke pasar malam, selalu terpaku di depan bianglala yang berwarna-warni, berputar-putar. aku selalu suka melihatnya, hanya melihat, karena aku tidak berani menaikinya. sepanjang yang bisa aku ingat, seumur hidupku baru dua kali aku naik bianglala di pasar malam. yang pertama adalah ketika SMU, teman-teman sekolahku memaksaku untuk naik beramai-ramai dan dengan berbagai macam ancaman akhirny aku mau juga naik bianglala tersebut. yang kedua adalah ketika seorang laki-laki yang aku suka mengajakku naik bianglala dan aku menerima ajakan dengan dua alasan, karna malu kalo ketauan takut naik bianglala dan berharap bahwa itu akan menjadi saat yang sangat romantis.
tapi pada dasarnya, aku sangat menyukai pasar malam, terutama bianglala. aku sangat suka berlama-lama di depan bianglala sambil menikmati arum manis.
mungkin saat ini pasar malam tidak semeriah dan seramai pada saat aku kecil, tapi aku tetap menikmatinya. hmmm.. tiba-tiba aku rindu pada suasana pasar malam.