Monday, September 22, 2008

Gulai Kepala Kambing


Siang hari minggu beberapa minggu sebelum bulan puasa, dalam perjalanan ke Tuban, aku dan Doni meminta Yudha untuk mengajak kami ke warung Gulai kepala Kambing fenomenal yang sering dipamerkan. Warung milik Mbah Run itu terletak di tengah desa Njegulo, Kecamatan Soko, Bojonegoro sehingga hanya orang-orang yang beruntung yang bisa secara kebetulan menemukan warung tersebut. Konon kabarnya warung tersebut adalah tempat nongkrongnya para preman setempat. Setelah sekian lama penasaran, akhirnya sampailah kami di warung tersebut. Kesan ‘okay, ini memang warung preman’ tampak begitu masuk ke warung ini. Display menu yang tersusun di meja penjual adalah bir bintang, bir hitam dan tuak, sementara pengunjung yang datang lebih banyak laki-laki yang langsung menoleh dengan curiga ketika ada orang asing datang.
“Yudha, yakin kan ini warung makan, bukan bar?”
“Tenang aja Dhir,” kata Yudha dengan yakin.
Yudha kemudian memesan satu porsi kepala kambing.
Daaaaaan.. deng..derrrrreng.. datanglah seonggok kepala dalam baskom dan semangkuk kuah gulai.
“Mmmm.. Yudha, ini menarik sekali sih. Tapi gimana makannya ya?”
“Dipotong-potong aja, mau kupingnya?” Yudha kemudian memotong bagian kuping dan meletakkan di piringku.
Agak geli sih makannya, tapi melihat Doni juga dengan lahap menyantap bagian per bagian kepala itu, aku jadi ikut kalap.
Karena di warung tersebut tidak tersedia nasi beras, maka gulai yang kuahnya pedas dan sangat enak gurih berbumbu itu bisa dinikmati dengan nasi jagung yang dibungkus daun.
Setelah habis semua kulit-kulitnya, Yudha meminta Mbah Run untuk memecah kepala kambing tersebut. Tanpa suara, dalam waktu singkat, kepala kambing tersebut terpecah menjadi dua sehingga bisa dinikmati otaknya.
“Ayo, hajar aja. Sensasi makannya yang seru.” Kata Yudha dengan semangat memberi panduan padaku dan Doni.
Sebenrnya di sana juga tersedia bebek bacem dan pepes jeroan bebek bumbu rica yang pedas dan juga enak, tapi biasanya orang yang datang (ini sih merujuk pada apa yang dilakukan Doni ketika menunggu pesanan ya..) memakannya sebagai cemilan sambil menunggu kepala kambing siap dihidangkan.
Oh ya, seporsi Gulai Kepala Kambing berharga Rp. 30.000,- dan pengalaman makan kepala kambing utuh, priceless.. hehehe..

7 comments:

Anonymous said...

jauh-jauh amat..
bukannya dijogja juga ada ya??
belakang pasar kolombo...
om bondan sempet mampir.. katanya MAK nyos..
dan setelah gw coba, Huek.. huekk... ga kebyang rasa gelinya....

gmana ga gendut, makanannya berlemak semua..
Baukakakakakkkkkk
krik.. krikk.. krikkk

dhiraestria dyah said...

makanan berlemak?
hmmm.. look who's talking..

ooh.. di jogja ada jg ya?
cobain yang di bojonegoro juga dong.. ;)

Anonymous said...

"okay ini warung preman" ... ... ... bisakah warung preman diukur dengan display-nya? bisakah ke-preman-an ditandai dgn laku mereka langsung menengok pada orang asing yang datang? [stereotype pengadeganan bar dalam film koboi, ya?]
tipikal orang agraris adalah orang yang gampang tertarik pada orang asing. orang yg jarang bertemu dengan dunia luar juga gampang heran pada orang asing.
jadi hati2 dalam identifikasi dan labeling. lebih aman kalu justru dideskripsikan figur dan laku dari sosok2 yg ada di situ.
hmmm bagaimana dgn bau arak dan cerocosan mulut yg mabuk? adakah? cerita ttg bau arak dan cerocosan ngawur lebih hidup sbg tanda ke-premanan keyimbang statement.
sok mengguri, ya? maap deh.

bulb-mode said...

Selamat, Dhir... abdikan dirimu untuk makanan-makanan sejenis... :') *terharu*

Setelah ular, terus kepala kambing, terus apa? :p

Koelit Ketjil said...

comment dari anonymous; "sok mengguri, ya?"

hahah!! mungkin maksudnya menggurui kali ya..
baguslah dia salah menulis itu krn tidak ada sifat guru yg seperti itu..
tulis nama aja gak berani. ada masalah apa dg orang yg punya pendapat tentang atmosfer warung seperti itu toh it`s on ur mind, right!

seseorang tdk dapat disalahkan atas apa yg ada dalam kepalanya
bukankh dia juga melakukan proses labeling thd drmu dir?
bhw dia juga me-label-kan drmu seseorang yg suka labeling

sory aku juga jd me-label-kan dia sbg "orang yg gak berani bertanggung jawab atas pendapatnya sendiri".. buktinya dia gak berani menulis identitasnya sendiri
atau aku harus kasih label dia seorang "peng***t"... eit hati-hati ini bisa di interpretasikan apaun... amupun me-label-ing lagi...


hahahaa..

dhiraestria dyah said...

bulb-mode:
jadi kapan kamu akan mencoba gulai kepala kambing itu?
;)

anonymous:
kenapa disebut warung preman?
karena di situ tempat hang out para preman.

aliyth prakarsa:
sabar bro..
you're absolutely rite.. ;)
really miss enjoying glasses of tea with you.

Koelit Ketjil said...

pesankan sklian bakpian jadah bakar.. ;)