.jpg)
Ada satu hal yang membuatku canggung di kota ini, yaitu jika menemukan serabi, suatu jenis makanan tradisional terbuat dari santan dan tepung ketan yang dipanggang dengan wajan tembikar. Sebagai seorang pencinta desert aku selalu menyukai serabi dengan kuah gula jawanya yang manis, nyam... Di sini, aku sudah menemukan beberapa penjual serabi, sayangnya penyajian khas kota ini tidak sesuai dengan imajinasiku mengenai serabi.
Serabi di Bojonegoro biasanya dijual bersama dengam ketan. Di beberapa tempat, serabi disajikan dengan bubuk kedelai dan parutan kelapa, dan semuanya tanpa gula.
Suatu malam seorang teman lama yang baru kuketahui ternyata tinggal di Bojonegoro mengajakku menempuh perjalanan 20 km untuk mencoba serabi di dekat rumahnya.
Sebuah warung kaki lima kecil di pinggir jalan raya Kalitidu-Bojonegoro, dekat Bank BNI yang dimiliki oleh sepasang suami istri dan hanya menyajikan serabi, ketan, dan kopi.
Warung serabi itu buka mulai jam 10 malam sampai jam 4 pagi. Temanku memaksaku untuk mencobanya, "Yang ini serabinya beda," dia memaksa sambil memesan setengah porsi untukku.
Serabi itu masih hangat, disajikan dengan kuah santan gurih dan tempe goreng tepung. Memang berbeda dari biasanya.
Rasa serabi itu lembut dan gurih, apalagi karena masih hangat dan dinikmati pada malam hari yang dingin, jadi terasa lebih nikmat.
Aku sempat mencari gula untuk menambah kenikmatan serabi itu, pertanyaanku membuati si Ibu penjualnya bingung dan berkata "Mbak, orang sini tu nggak suka manis, kalo dikasi gula malah nggak laku."
Okay, jadi pupus sudah harapanku menemukan serabi dengan kuah gula jawa di kota ini.
Anyway, yang paling spesial dari warung ini adalah suasananya. Sambil makan serabi, kita bisa memperhatikan penjualnya membuat serabi dengan tungku-tungku kecil, sangat tradisional.. *sok orang kota mode on*.
Dan yang pasti serabi hangat sangat cocok dinikmati dengan teman ngobrol.. hehe..
.jpg)
